REKONFUNEWS.COM, POHUWATO – Portal yang terletak di kawasan pantai pohon cinta, rupanya menuai suasana dingin antara masyarakat pedagang sekitar kawasan pantai pohon cinta, dan pemerintah daerah setempat. Sehingga, isu ini digiring ke ranah rapat oleh Forum Komunikasi Pengusaha Pohon Cinta (FKP2C).
Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa perwakilan dari OPD. Diantaranya: Dinas Perhubungan, Dinas Disporapar, Dinas Perindagkop, Satpol PP, Sekda (Is Datau), serta seluruh anggota FKP2C. Bertempat di Aula Dinas Perindagkop, Jumat, (29/juli/2022).
Melalui sekretaris FKP2C Fenly Mantulangi menegaskan terkait pemberhentian operasi portal akses masuk-keluar di pohon cinta.
“Keberadaan portal saat ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena hal itu nampak dari ketidak seimbangan antara budget dengan pengeluaran portal,” Tuturnya.
“Pemerintah saat ini membangun portal dengan tujuan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Akan tetapi sesuai dengan penjelasan dari sekretaris dinas perhubungan, bahwa pendapatan dari portal tidak mampu menutupi pengeluaran. Kalau sudah seperti ini, untuk apalagi portal diadakan? Keluarkan saja kalau hanya menambah beban untuk daerah,” Pungkas Fenly.
Situasi rapat yang berlangsung sekitar 3 jam tersebut memanas dikarenakan tidak adanya titik terang yang ditemukan dari rapat tersebut. Pasalnya aspirasi oleh wakil ketua FKP2C Dumais Doda, tidak diindahkan oleh PEMDA (pemerintah daerah).
Dumais Doda, melihat keberadaan Portal di kawasan pantai pohon cinta membuat pengunjung semakin berkurang. Secara karena tarif harga masuk ke pohon cinta dihitung perjam dengan satuan Kendraan motor Rp. 2000 dan mobil Rp. 4000
Maka kemudian dia menawarkan tiga alternatif ke pemda untuk mempertimbangkan tarif portal, dengan melihat kondisi wisata pantai pohon cinta yang semakin hari semakin sunyi. Diantaranya Tarif ksrcis portal tersebut dihilangkan limitasi waktunya, Bisa menggunakan karcis dengan tarif yang memiliki limitasi tersebut kecuali ketika wisata pohon cinta mengadakan acara-acara event, dan Portal tersebut tidak perlu digunakan.
Statement tersebut dibalas dengan hentakan kaki ke kursi oleh salah seorang pejabat daerah, yang dengan sontak mengakibatkan suasana rapat tersebut semakin panas.
Rapat yang dimulai sekitar jam 1 siang dan berakhir sekitar jam 4 tersebut tidak menuai apapun. Disisi pemerintah mempertahankan kebijaknya yang seolah menindas para pedagang pohon cinta, dan para pedagang kawasan pohon cinta yang tidak diindahkan aspirasinya.
Harapan selanjutnya, persoalan ini semoga mendapatkan titik terang, dan akan digiring lebih lanjut ketingkat DPRD.
(Taufik)